Selasa, 30 September 2014

Mimpi, Waktu Dan Metafora



  Mimpi dengan alam ketidaksadaran,suatu ranah didalam diri manusia yang memendam banyak misteri. Mimpi menunjukkan betapa masa lalu tak menghilang begitu saja ; Ia terus hidup. Didalam mimpi aku diterkam oleh imaji-imaji yang menakjubkan,yang patah-patah dan tak utuh yang menautkan kembali diriku dengan arketip alam semesta. Menyediakan pintu masuk kedalam malam kosmis.       Mimpi adalah jelujuran imaji,kerlip pelita ditengah belantara yang memanduku membayangkan labirin tak berujung. Labirin yang tercetus dari ketidaksadaran kolektif dimana pelbagai simbol muncul sebagai perwujudan lingkaran magis tempat jiwaku dan roh kosmos menyatu.       Manusia,bagaimanapun tidak semata-mata digerakkan oleh alam sadar. Ada retakan-retakan yang merongrong bangunan nalar yang padu. Menyodorkan beragam kisah berbentuk dongeng dan mite. Ketidaksadaran mencakup aras individu sekaligus aras kolektif. Maka didalam diri seseorang,selain fantasi (yang senantiasa berjalinan dengan ketidaksadaran pribadi) berkecamuk pula arketip (yang merupakan fantasi kolektif).       Maka,aku memandang dunia sebagai sehampar ruang yang tak nyata. Jagat raya hanyalah secebis ilusi. Kesejatian hanya milik Tuhan semata dan selebihnya hanyalah maya. Karena dunia begitu fana,dan manusia pada hakekatnya merupakan pantulan Nur Tuhan yang di gelayuti cinta dan damba akan peleburan dengan Sang Kekasih. Maka,orang banyak menulis puisi,sajak mistis yang digelorakan oleh metafora agar sanggup menuturkan kecamuk spiritual yang paradoks sekaligus subtil dan kaya makna.       Puisi,sesungguhnya merupakan salah satu upaya untuk mengabadikan sekeping momen ketika aku mabuk mencecap anggur rohani. Ekstase boleh jadi berporos pada ledakan momen dimana seluruh zarah waktu mengumpul didalam kekinianku.       Waktu,bagiku adalah ingatan atas masa silam abadi dan keyakinan atas masa depan abadi yang tersedot kedalam momen masa kini. Aku juga sering dihantui oleh mimpi,gebalau citraan yang terpantul dari selembar cermin semesta yang membuatku insyaf dan sedih atas takdir kita sebagai mahluk yang semata-mata berkubang di samudara tanda. Tak mampu meraih kekekalan zat bernama waktu dan tak kuasa menebak peristiwa yang bakal terjadi dalam bentangan masa yang tak dapat diduga ujungnya.       Waktu,adalah batas akhir yang tak terengkuh dari suatu rangkaian yang tak terhingga. Tetapi barangkali karena itu aku bisa menikmati hidup. Aku bisa leluasa untuk berkhayal dan mencipta untuk mengolah imajinasi. Suatu kekuatan ajaib yang tak dimiliki mahluk lain selain manusia. Itu semua,karena kita semua punya daya pikir. Tapi daya pikir sering membikin sebagian orang gentar lantaran dampaknya yang sungguh dahsyat bagi pembentukan kebudayaan dan peradaban.       Hidup dan mimpi,dua perkara yang benar-benar tak terpisahkan. Hidup dan mimpi adalah halaman-halaman dari sebuah buku yang sama ; Ketika kita membacanya secara berurutan,maka itulah hidup,tetapi ketika kita membaca secara acak maka itulah mimpi. Aku sering terayun-ayun diantara kepekatan mimpi dan keriuhan hidup. Namun keriuhan hidup biasanya berlumuran ihwal yang banal. Orang yang dalam keadaan terbangun memiliki sebuah dunia yang amat umum,sebaliknya orang yang tidur memiliki dunia pribadinya.

2 komentar: